Pada panggung solilokui ia kabarkan upacara kecemasan.
Tentang lakon orang-orang beradab yang menggelisahkan fatwa sambil menghujat pabrik-pabrik sarjana titipan neoliberalis
Apa arti kemerdekaan bagimu, tuan?
Ini kali kecemasan dilipatgandakan
Dititip di rahim pewarta digaungkan di belahan paling diam sebuah kampung, seumpama api dalam sekam
Bara kelasahnya mengakar hingga ke ubun
Membakar isi kepala, menyisakan gerutu.
Kebenaran telah jadi abu.
Besok lusa ia kibarkan panji
Bernorma kebebasan tanpa marka
Mengiasi mulutnya dengan cibiran
Berkabar tentang kesalehan luar biasa
Dari tuan yang mengatasnamakan Tuhan
Apa benar kebebasan adalah kemerdekaan, tuan?
Karena itu panggung dan ini lakon bisakah kita tutup layarnya dan segera bertepuk tangan?
Dewi Mudijiwa, 2015